
Sebuah gebrakan baru telah lahir dari Politeknik Tempo. Dua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yaitu Korste (Komunitas Pers Politeknik Tempo) dan Speaktrum (Podcast) merajut kolaborasi yang diberi nama “VOTE: Voice of Tempowers”. Program siniar ini bukan sekadar kegiatan UKM, melainkan sebuah upaya nyata untuk menjadi corong informasi yang tak hanya akurat dan berbasis data, tetapi juga menyenangkan dan relevan bagi generasi z (lahir 1997-1012).
Pada Selasa, 16 September, tim Korste dan Speaktrum melangsungkan rekaman episode perdana. Proses rekaman ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi bisa melahirkan inovasi. Korste mengambil peran sebagai pengelola isu dan narasi jurnalistik serta narasumber yang menjaga integritas fakta. Sementara Speaktrum bergerak sebagai tim produksi, mengubah jurnalisme kampus menjadi konten audio-visual yang menarik.
Mengingat bobot dan kedalaman diskusi, materi yang direkam pada proses rekaman perdana ini diputuskan untuk dipecah menjadi dua episode terpisah. Episode pertama mengupas laporan dari Tempo.co yang membahas tentang bagaimana SPBU swasta yang sempat dikabarkan hampir tutup, ternyata mampu bertahan dengan berjualan Food & Beverage (F&B). Diskusi seru dan mendalam ini dipandu oleh tiga mahasiswa Produksi Media yakni Alifah Olivia (semester 5), Thoriq (semester 1), dan Layla (semester 5). Mereka bertiga mengulik isu kebijakan satu pintu untuk semua SPBU di Indonesia, dengan berdasarkan berita yang terverifikasi dan tepercaya dari Tempo.

Episode kedua berfokus pada fenomena yang lebih dekat, yaitu kebijakan di Indonesia yang terasa mudah berubah-ubah. Materi ini dibawakan oleh tiga mahasiswa Produksi Media lagi, yaitu Layla, Jingga (semester 3), dan Zeta (semester 1). Mereka membahas mulai dari kenaikan PPN 12%, kelangkaan gas elpiji 3kg, sampai aksi unik demo warga Pati yang menaikkan bendera One Piece sebagai simbol perlawanan.

Isu-isu serius tersebut dibawakan dengan gaya yang lebih santai untuk menunjukkan bahwa jurnalisme di kampus kini tak lagi kaku, melainkan asyik dan relevan. Mereka menepis anggapan bahwa Gen Z tidak suka baca berita, tidak memahami isu mendalam, dan hanya mengikuti isu viral di TikTok. VOTE membuktikan bahwa stereotipe Gen Z itu tidak benar. Masih ada remaja yang aktif, peduli, sekaligus selalu mencari informasi dari sumber tepercaya, media arus utama yang kredibel.
Bagian menarik dari podcast ini justru terjadi di balik layar. Saat mempersiapkan episode 1, Thoriq sempat diselimuti keraguan akan kemampuannya tampil di depan kamera dan berbicara. Namun, dukungan kuat dari teman-teman yang ada di ruangan, termasuk pembina UKM Korste, yang akrab kami sapa Mbak Rachma, berhasil membuat Thoriq mulai percaya diri dan berhasil menjalani rekaman sampai tuntas.
Situasi serupa juga terjadi pada saat rekaman episode 2. Zeta yang masih semester 1 juga kedapatan beberapa kali salah membaca prompter. Alih-alih terintimidasi, ia justru menerima dukungan penuh dari Layla dan Jingga. Dukungan positif tim Korste dan Speaktrum berhasil menumbuhkan keberanian kepada Zeta untuk terus mencoba dan menjadi bukti bahwa VOTE adalah tempat untuk berani mencoba.
VOTE: Voice of Temppowers adalah perwujudan dari memadukan jurnalistik berkualitas dan gaya kekinian Gen Z. Lebih dari itu, VOTE adalah wadah yang memastikan agar suara mahasiswa yang lantang, cerdas, dan percaya diri didengar masyarakat luas.
LAYLA EVA KALYANA