Ninik Rahayu Ketua Dewan Pers saat sambutan dalam pembukaan acara Indonesia Digital Conference (IDC) 2024 di Hotel Santika Premiere Slipi, Jakarta pada Rabu 28 Agustus 2024. Dok. Rachma Tri Widuri.
KORSTE, Jakarta – Sebelas mahasiswa Politeknik Tempo yang tergabung dalam UKM Pers, Komunitas Pers Politeknik Tempo (Korste) menghadiri acara Indonesia Digital Conference (IDC) 2024 yang diselenggarakan Asosiasi Media Siber Indonesai (AMSI), bersama sekitar 200 undangan lain. Acara yang mengusung tema “Inovasi untuk Keberlanjutan” ini berlangsung pada 28-29 Agustus 2024, di Hotel Santika Premiere, Slipi, Jakarta.
Wahyu Dhyatmika, Ketua Umum AMSI, yang juga CEO Tempo Digital dalam sambutannya mengatakan, tantangan yang dihadapi oleh industri media saat ini salah satunya adalah penurunan jumlah pengunjung situs berita. Selain itu juga muncul tren penurunan kualitas konten yang terpengaruh oleh dominasi media sosial.
Menghadapi perkembangan baru ini, Wahyu berharap media dapat melahirkan terobosan inovasi baru di dunia jurnalistik untuk keberlanjutan jurnalisme di era digital. “Dua esensi jurnalisme yaitu relevansi dan konfirmasi harus kita jaga dan kedepankan,” katanya. Hal tersebut juga sesuai dengan tujuan IDC, yakni mendorong pertumbuhan industri media digital Indonesia melalui inovasi dan adaptasi terhadap perubahan teknologi.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu menyoroti pentingnya etika jurnalistik dan perlunya regulasi yang lebih baik untuk menghadapi masalah ini. “Lebih dari 60 persen pengaduan terkait media didominasi oleh media yang tidak profesional, tanpa penanggung jawab konten, bahkan berita mengabaikan etika jurnalistik,” tuturnya.
Ninik juga meminta perusahaan hanya memasang iklan ke perusahaan media arus utama Indonesia, media nasional yang berbadan hukum dan profesional, media yang menjalankan etika jurnalistik. “Jangan ke influencer, buzzer, dan content creator. Mari kita buat masyarakat hanya percaya kepada media mainstream,” ujar Ninik yang langsung disambut tepuk tangan hadirin.
Tema acara IDC yang mengaitkan digitalisasi dengan jurnalistik menarik antusiasme mahasiswa Politeknik Tempo anggota Korste. Bahkan setelah sesi diskusi, para mahasiswa masih ingin menggali lebih banyak pengetahuan dengan mewawancarai beberapa narasumber.
CEO KG Media, Andy Kumala mengatakan, hadirnya mahasiswa dalam acara IDC tentu patut diapresiasi karena merekalah yang mengadopsi dan menggunakan kecerdasan artifisial (AI) jauh lebih tinggi dibanding generasi X. Harapannya, mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam jurnalisme bisa mempelajari banyak tools AI dengan tetap ingat mengenai etika penggunaan AI dan tujuan dari penggunaan AI yang bisa membantu bukan menggantikan. “Yang lebih dibutuhkan adalah informasi yang original, berkualitas, dan memiliki relevansi kontekstual sosial yang dipahami oleh manusia,” ujar Andy saat menyampaikan materi dalam sesi Membangun Relasi yang Setara antara Platform dan Publishers di Era AI.
Darling Adamson Siregar, mahasiswa Politeknik Tempo yang tergabung dalam Korste mengatakan, banyak pencerahan menarik yang ia dapat dari presentasi narasumber dan diskusi semua sesi. “Yang paling saya soroti itu jargon ‘AI itu co pilot, AI hanya pembantu manusia, dan itu tidak mutlak untuk menggantikan manusia’. Dari situ saya menangkap maksudnya bahwa AI hanya sebagai alat bantu untuk memecahkan masalah-masalah yang ingin dipecahkan oleh manusia jika dilihat dari sisi positifnya” kata dia.
Darling juga menyoroti sisi negatif AI seperti yang disampaikan Ika Ningtyas dalam sesi Masterclass, yang menyebut AI belum jelas regulasinya. AI juga bisa menjadi bumerang bagi penggunanya ketika dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. “Apalagi kalau data pribadi kita dipakai untuk kepentingan politik,” ujar Darling.
Elin Sri Handayani