WhatsApp Image 2024-04-16 at 15.51.35 (2)

Inovasi dan Bercerita Menjadi Kunci untuk Menghadapi Kecerdasan Artifisial

Chief Executive Officer (CEO) Hukumonline Arkka Dhiratara saat memaparkan inovasi yang telah dilakukan oleh perusahaannya dalam acara Indonesia Digital Conference (IDC) 2024 di Hotel Santika Premiere Slipi, Jakarta pada Rabu, 28 Agustus 2024. Dok. Layla Eva Kalyana

KORSTE, Jakarta – Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menggelar Indonesia Digital Conference (IDC) 2024 di Hotel Santika Premiere Slipi, Jakarta. Hajatan tahunan AMSI ini digelar selama dua hari, yaitu tanggal 28-29 Agustus 2024 dengan mengangkat tema “Inovasi untuk Keberlanjutan”. Hari pertama gelaran IDC 2024 diawali dengan pembukaan, lalu dilanjutkan dengan tiga sesi diskusi yang membahas tantangan dan inovasi media siber Indonesia di era digital.

Sesi pertama yang dipandu oleh Ketua AMSI sekaligus CEO Tempo Digital Wahyu Dhyatmika menggali tema “Membangun Relasi yang Setara antara Platform dan Publishers di Era AI”. Dalam presentasinya, Director AI, Emerging Tech and Regulation The International Fund for Public Interest Media (IFPIM) Irene Jay Liu menyebut, artificial intelligence/AI (kecerdasan artifisial) secara fundamental akan mengubah pola interaksi masyarakat dengan media. Kini, masyarakat lebih cenderung untuk mencari informasi di platform digital dan tidak lagi mengunjungi situs asli sumbernya. Selain mengubah pola interaksi masyarakat, kecerdasan artifisial juga secara fundamental mengubah pertukaran nilai antara perusahaan media dengan platform teknologi.

Menanggapi Irene, CEO KG Media Andy Budiman juga mengatakan bahwa di masa depan penggunaan kecerdasan artifisial akan semakin masif sehingga media harus berdamai dan beradaptasi dengan perubahan. Meskipun demikian, Andy berpendapat bahwa kehadiran kecerdasan artifisial tidak akan mengubah dunia jurnalistik secara fundamental, tetapi justru mengakselerasinya. “AI hanya akan memperdalam ketimpangan antara publisher dengan platform,” ujar Andy. Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, Andy menyebutkan bahwa orisinalitas dan relevansi konten yang diproduksi menjadi dua aspek kunci yang akan menambah nilai perusahaan media di era sekarang ini.

Menariknya, beberapa perusahaan media di Indonesia sebetulnya telah melakukan beberapa inovasi terhadap pemanfaatan kecerdasan buatan yang berhasil menjaga kelangsungan hidup mereka. Misalnya, “Ask Hukumonline” oleh Hukumonline. Menurut Chief Executive Officer (CEO) Hukumonline Arkka Dhiratara, produk terbaru Hukumonline tersebut memungkinkan para pengguna mendapatkan informasi yang komprehensif dan telah terverifikasi mengenai isu-isu hukum serta peraturan perundang-undangan. Inovasi ini pun tercipta atas keinginan perusahaannya untuk menciptakan ekosistem yang ramah perubahan.

Di tempat lain, Tempo Media Group belum lama ini merilis konsep baru, single brand atau merek tunggal. “Kami ingin dikenal sebagai Tempo yang cuma ada satu, yaitu Tempo Digital. Bukan lagi Majalah Tempo, Koran Tempo, ataupun Tempo.co,” kata CTO Tempo Digital, Heru Tjatur TWP. Lebih lanjut, Tjatur menjelaskan bahwa kerangka berpikir Tempo Digital sangatlah sederhana, yaitu tim redaksi menciptakan nilai melalui artikel, lalu menyampaikannya kepada tim IT yang akan meneruskannya kepada konsumen. Selain itu, Tempo juga melakukan optimalisasi aset digital yang di mana arsip Tempo sejak tahun 1971 telah tersedia secara digital dan dapat diakses oleh para pembaca. Meskipun begitu, Tjatur mengakui bahwa Tempo masih perlu mengatasi permasalahan pembaca yang kurang memahami produk atau layanan yang dimiliki oleh Tempo.

Selain berinovasi pada produk, beberapa media juga mengadopsi model tertentu untuk menghasilkan konten yang lebih orisinal. Salah satunya melalui storytelling atau bercerita. Co-Founder Whatisupindonesia (WIUI) Abigail Limuria mengatakan bahwa anak muda sering kali malas untuk membaca berita, terutama pada isu-isu berat, seperti politik, hukum, ekonomi, dan lain-lain. Melihat hal tersebut, WIUI memilih untuk bercerita dengan pendekatan tren ataupun penggunaan terminologi yang lebih mudah untuk dipahami oleh generasi muda. Sebagai contoh, WIUI pernah membuat unggahan yang menyertakan lirik Taylor Swift untuk menjelaskan isu-isu seputar Pemilu 2024. “Data-data kompleks akan lebih bisa dimengerti oleh generasi muda ketika kita bercerita dengan sudut pandang mereka,” kata Abigail.

ARIADNE KHATARINA MONIAGA

share it
Facebook
Twitter
LinkedIn
Reddit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *