WhatsApp Image 2024-04-16 at 15.51.35 (2)

Indonesia Digital Conference 2024: Adaptasi AI untuk Media Digital

Roma Simanjuntak, SVP Marketing & Communication BRI, membawakan materi berjudul Transforming Marketing Strategies in the Era of Distruption, pada Indonesia Digital Conference (IDC) 2024 hari pertama di Hotel Santika Premiere Slipi, Jakarta pada Rabu, 28 Agustus 2024. (FOTO: Korste/ Layla Eva Kalyana)

Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) berhasil menggelar Indonesia Digital Conference (IDC) V dengan sukses. Acara yang berlangsung di Hotel Santika Premiere Slipi pada 28-29 Agustus 2024 ini mengusung tema “Inovasi untuk Keberlanjutan” dengan tujuan mendorong pertumbuhan industri media digital Indonesia melalui inovasi dan adaptasi terhadap perubahan teknologi.

Acara yang sudah berjalan dua hari ini membawakan lima tema untuk setiap sesi yang berbeda-beda. Tiga sesi sebelumnya sudah dibawakan pada hari pertama. Narasumber dengan berbagai latar belakang kembali dihadirkan untuk mengisi rangkaian acara yang diharapkan memberikan pencerahan dari berbagai sudut pandang, yang nantinya akan berguna untuk semua peserta acara.

Sesi ke-4 ini bertemakan Strategi Revenue Stream Baru untuk Media Digital. Sesi ini dipandu oleh Ketua Indonesia Digital Association (IDA), Dian Gemiono, sebagai moderator.

Sebelum Gemi mengajak para narasumber untuk naik ke atas panggung, ia mengungkapkan keresahannya, “Selama beberapa dekade, bisnis media itu revenue-nya dari iklan, termasuk bisnis media online atau bisnis media digital. Mungkin 80% revenue stream itu dari iklan. Sekarang bagaimana?”

Selanjutnya hadir empat narasumber dari berbagai bidang ekosistem media. Amir Suherlan,  Managing Director of Wavemaker, Yogi Triharso Head of EMTEK Digital, Roma Simanjuntak SVP Marketing & Communication BRI, dan Ilona Juwita Regional Director Antsomi.

Amir Suherlan dari Wavemaker, memaparkan bahwa pendapatan bersih estimasi belanja iklan di Indonesia pada tahun 2025 sebesar Rp75 triliun. Meskipun melambat, Amir yakin makro ekonomi Indonesia masih cukup bagus sehingga belanja iklan akan terus naik.

Beberapa tahun terakhir, belanja iklan sudah masuk ke platform digital, bahkan mengalahkan belanja iklan TV. Saat ini, sebanyak 75% pendapatan iklan didapat dari media digital. Dinamika dari iklan digital terpisah-pisah, sangat luas bahkan saling overlapping satu sama lain.

Setelah sesi ke-4, sesi selanjutnya mengambil tema Adaptasi Teknologi Digital untuk Media Siber di Era AI. Sesi ini dipandu oleh Kautsar Ikrami, Director Inventory Partnership TTD.

Menurut Kautsar, industri media digital dunia sedang mengalami tantangan yang luar biasa, yaitu penurunan pengunjung dan pendapatan. “Of course memang setiap media memiliki challenge yang berbeda-beda. Ada yang bilang, “Oh, I don’t have that issue, iIhave another issue”. Ya, kemungkinan besar memang semuanya tidak seragam, tapi jika membahas tren secara keseluruhan, mungkin teman-teman merasakan pergolakan isu.

Johnsons, senior GM Teknologi KG Media, menjawab pertanyaan dari moderator terkait filosofi. “Pertama kita percaya AI ini dapat membantu proses produksi konten, baik untuk meningkatkan kualitas, maupun membuat prosesnya itu jadi lebih efisien”. Johnsons menjelaskan bahwa KG Media berprinsip bahwa AI digunakan untuk membantu dan mendukung pekerjaan manusia, bukan untuk menggantikan. Sehingga, pada akhirnya untuk semua keputusan terakhir dan hal-hal yang bersifat bertanggung jawab akan tetap ada pada manusia.

Pada sesi Master Class, Ika Ningtyas dari lembaga Kondisi mengingatkan bahwa kendati sudah banyak media yang mengadaptasi AI, hal penting lain yang tidak boleh dilupakan sebagai tugas media adalah mengawasi AI. Hal yang perlu diperhatikan adalah inovasi-inovasi AI dan dampaknya terhadap hak asasi manusia. Di sini diperlukan analisis, pemetaan, dan investigasi lebih jauh.

“Kecerdasan buatan juga memiliki risiko. Ia melibatkan data-data cukup besar, kemudian akan dilatih ke modelnya. Begitu juga dengan transparansi, data apa yang dipakai, dari mana sumber data. Transparasi penting karena publik harus bisa melihat kredibilitas dari data yang digunakan,” tutur Ika.

LAYLA EVA KALYANA

share it
Facebook
Twitter
LinkedIn
Reddit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *